Foto oleh: Gustu Krisna, Model: Pak Jitu dan Pak Sadu (Warga Desa Kayuputih)
Tradisi
yang telah mendarah daging yang hingga kini dapat tetap menjaga kerukunan antar
sesama sebagaimana yang diharapkan dengan pelaksanaan "Tri Hita
Karana", patut kita jaga keberadaanya. Salah satu tradisi yang hingga kini
kental dan kita dapat jumpai sebagai implementasi ajaran Tri Hita Karana
tersebut yaitu Nyakan Ring Margi/Masak di Jalan saat merayakan Ngembak Geni di Desa Kayuputih, Banjar, Buleleng, Bali.
Tradisi
turun-temurun yang diselenggarakan krama di Desa Kayuputih, dilaksanakan sehari
setelah pelaksanaan Tapa Brata Penyepian ( Amati Geni, tidak menyalakan api
serta tidak mengobarkan hawa nafsu, Amati karya, yaitu tidak melakukan kegiatan
kerja jasmani melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani, Amati
lelungaan, yaitu tidak bepergian melainkan melakukan mawas diri dan Amati
lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan
pikiran terhadap Ida Sanghyang Widhi) atau pada saat Ngembak Geni berlangsung.
Tradisi
unik itu dinamakan nyakan ring margi/diwang. Tradisi yang sudah berusia ratusan
tahun itu berupa menanak nasi di luar rumah tepatnya di pinggir-pinggir jalan
di Desa Kayuputih. Ini sesungguhnya salah satu tradisi unik
turun temurun yang ada di Bali. Hanya saja, upacara Nyakan Diwang ini kurang dikenal
krama dari luar Kecamatan Banjar, karena belum pernah dipublikasikan media
massa. Pelaksanaannya
itu atas dasar kesadaran krama setempat. Tanpa ada ancaman sanksi atau hukuman
adat dari desa bagi yang tidak melaksanakan. Tetapi krama merasa ada beban
secara niskala bila tidak ikut melaksanakan kegiatan itu. Begitu pula tidak ada
dampak negatif yang ditimbulkan bagi yang tidak melaksanakan. Tapi karena ini
merupakan tradisi yang ditinggalkan para leluhur secara turun temurun maka
krama Desa Kayuputih memiliki kewajiban moral dan niskala untuk melaksanakan.
Menurut
kisah leluhur, Nyakan Diwang itu merupakan rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi.
Digelar nyakan diwang itu sebagai bentuk pembersihan rumah terutama penyepian dapur
setiap keluarga di Desa Kayuputih. Uniknya lagi, di sela-sela menanak nasi itu,
ada juga tradisi saling mengunjungi tetangga untuk bersilahturami. Karena
sebagian besar masyarakat Desa Kayuputih merantau untuk mencari pekerjaan, maka
moment ini digunakan untuk silaturahmi dengan sahabat, saudara yang sudah lama
tidak dijumpainya.Ya, intinya saling menyapa dan sekadar berbasa-basi
menanyakan jenis masakannya yang dibuat.
Tidak saja di Desa Kayuputih, tradisi serupa juga dilaksanakan sebagian besar desa-desa di Kecamatan Banjar. Tradisi memasak di jalan sudah mulai dilakukan sejak pukul 00.00 setelah terdengar suara Kulkul pada saat Ngembak Geni. Saat itu, hampir sebagian besar warga sudah keluar rumah mulai memasak. Akibatnya, jalanan pun menjadi ramai, karena saat itu kendaraan bermotor dilarang lewat sebelum pukul 07.00 pagi.
Berikut ini foto-foto suasana Nyakan Diwang di Desa Kayuputih:
sangat membantu tugas agama saya dek wkwkwk
ReplyDeleteHahaha, suksma sudah berkunjung tu.
Delete