Saturday, November 10, 2012

Tradisi Nyakan Diwang


Foto oleh: Gustu Krisna, Model: Pak Jitu dan Pak Sadu (Warga Desa Kayuputih)

Tradisi yang telah mendarah daging yang hingga kini dapat tetap menjaga kerukunan antar sesama sebagaimana yang diharapkan dengan pelaksanaan "Tri Hita Karana", patut kita jaga keberadaanya. Salah satu tradisi yang hingga kini kental dan kita dapat jumpai sebagai implementasi ajaran Tri Hita Karana tersebut yaitu Nyakan Ring Margi/Masak di Jalan saat merayakan Ngembak Geni di Desa Kayuputih, Banjar, Buleleng, Bali.

Tradisi turun-temurun yang diselenggarakan krama di Desa Kayuputih, dilaksanakan sehari setelah pelaksanaan Tapa Brata Penyepian ( Amati Geni, tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu, Amati karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani, Amati lelungaan, yaitu tidak bepergian melainkan melakukan mawas diri dan Amati lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sanghyang Widhi) atau pada saat Ngembak Geni berlangsung.

Tradisi unik itu dinamakan nyakan ring margi/diwang. Tradisi yang sudah berusia ratusan tahun itu berupa menanak nasi di luar rumah tepatnya di pinggir-pinggir jalan di Desa Kayuputih.  Ini sesungguhnya salah satu tradisi unik turun temurun yang ada di Bali. Hanya saja, upacara Nyakan Diwang ini kurang dikenal krama dari luar Kecamatan Banjar, karena belum pernah dipublikasikan media massa. Pelaksanaannya itu atas dasar kesadaran krama setempat. Tanpa ada ancaman sanksi atau hukuman adat dari desa bagi yang tidak melaksanakan. Tetapi krama merasa ada beban secara niskala bila tidak ikut melaksanakan kegiatan itu. Begitu pula tidak ada dampak negatif yang ditimbulkan bagi yang tidak melaksanakan. Tapi karena ini merupakan tradisi yang ditinggalkan para leluhur secara turun temurun maka krama Desa Kayuputih memiliki kewajiban moral dan niskala untuk melaksanakan.
           Menurut kisah leluhur, Nyakan Diwang itu merupakan rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi. Digelar nyakan diwang itu sebagai bentuk pembersihan rumah terutama penyepian dapur setiap keluarga di Desa Kayuputih. Uniknya lagi, di sela-sela menanak nasi itu, ada juga tradisi saling mengunjungi tetangga untuk bersilahturami. Karena sebagian besar masyarakat Desa Kayuputih merantau untuk mencari pekerjaan, maka moment ini digunakan untuk silaturahmi dengan sahabat, saudara yang sudah lama tidak dijumpainya.Ya, intinya saling menyapa dan sekadar berbasa-basi menanyakan jenis masakannya yang dibuat.

       Tidak saja di Desa Kayuputih, tradisi serupa juga dilaksanakan sebagian besar desa-desa di Kecamatan Banjar. Tradisi memasak di jalan sudah mulai dilakukan sejak pukul 00.00 setelah terdengar suara Kulkul pada saat Ngembak Geni. Saat itu, hampir sebagian besar warga sudah keluar rumah mulai memasak.  Akibatnya, jalanan pun menjadi ramai, karena saat itu kendaraan bermotor dilarang lewat sebelum pukul 07.00 pagi.

Berikut ini foto-foto suasana Nyakan Diwang di Desa Kayuputih:








2 comments: